Tuesday, January 20, 2015

Tugas Organisasi Umum (Tugas ke 3)

Kepemimpinan

A.       Pengertian Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

B.         Tipe-tipe Kepemimpinan

Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas :
v  Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang :
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
v  Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat :
Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
Sukar menerima kritikkan dari bawahan
Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
v  Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang :
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
Bersikap terlalu melindungi
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
Sering bersikap maha tahu
v  Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
v  Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat :
Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
v  Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat :
Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.

C.            Teori Kepemimpinan

v  Teori Timbulnya Kepemimpinan
Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
Teori Keturunan (Heriditary Theory)
Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
Teori Lingkungan (Ecological Theory)
Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :
Teori Keturunan
Inti daripada teori ini, ialah :
-          Leaders are born not made.
-          Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.
-          Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.
Teori Kejiwaan.
-          Leaders are made and not born.
-          Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
-          Setiap orang bias menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.
Teori Ekologis
-          Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.
-          Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman.
-          Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
-          Teori yang mendekati kebenaran.
v  Teori Kepemimpinan Berdasarkan Sifat
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.
Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :
-          Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan
-          Peratuaran dan perundang – undangan
-          Pemindahan dan pengangkutan
-          Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan
-          Upacara – upacara dan adat kebiasaan.
-          Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan
-          Bertani dan pekerjaan lainnya.
Empuh Prapanca dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :
-          Wijana, sikap bijaksana
-          Mantri wira, sebagai pembela negara sejati
-          Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
-          Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
-          Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
-          Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.
-          Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
-          Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
-          Tan-lalana, bersifat gembira, periang.
-          Disyacitra, Jujur terbuka.
-          Tancatrisan, tidak egoistis.
-          Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
-          Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.
-          Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
-          Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.\
Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat – sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :
Sifat matahari (surya) Yaitu :
-          Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.
-          Menjadi penerang selurah rakyat.
-          Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
Sifat bulan (candra) yaitu :
-          Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)
-          Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan tugas masing- masing.
Sifat Bintang (kartika) yaitu :
-          Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
Sifat Awan yaitu :
-          Dapat menciptakan kewibawaan
-          Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
Sifat Bumi yaitu :
-          Ucapanya sederhana.
-          Teguh, dan kokoh pendiriannya.
Sifat Samudera,yaitu :
-          mempunyai pandangan yang luas
-          membuat rakyat seia sekata.
Sifat Api (Agni) yaitu :
-          Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.
Sifat Angin (Bayu) yaitu :
-          terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
-          Bersikap adil terhadap siapa pun.
The Traits and abilities Theory yang dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan terdapat relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status, participation, responsibility,achievement).
v  Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku
Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.


 II.      Penghargaan


A.        Pengertian Penghargaan


Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan. Dalam organisasi ada istilah insentif, yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau organisasi.


B.        Imbalan


Berdasarkan pendapat para ahli masalah Sumber Daya Manusia, telah dikemukakan pengertian tentang imbalan/kompensasi, sebagai berikut :
Menurut Ivancevich (1998) Compensation is the Human Resources Management function that deals with every type of reward individuals receive in exchange for performing organization tasks. Kompensasi adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan semua bentuk penghargaan yang dijanjikan akan diterima karyawan sebagai imbalan dari pelaksanaan tugas dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Sastrohardiwiryo(2002:181) menyatakan bahwa Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Panggabean(2002:75) menyatakan bahwa kompensasi adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas konstribusi yang mereka berikan kepada orang.
Hariandja(2002:224) menyatakan bahwa kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat pelaksanaan pekerjaan diorganisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yaitu dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari kerja, uang makan, uang cuti dan lain-lain.
Ruky(2001:9) menyatakan bahwa imbalan mempunyai cakupan yang lebih luas daripada upah atau gaji. Imbalan mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pekerja, baik secara langsung, rutin atau tidak langsung (pada suatu hari nanti).
Menurut Nawawi(1996:315): Kompensasi bagi organisasi atau perusahaan berarti penghargaan/ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan konstribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa imbalan/ kompensasi atau remunation bukanlah hanya imbalan yang berbentuk uang saja tetapi juga dalam bentuk – bentuk lainnya

C.         Hukum dan Implikasinya


Akibat hukum adalah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum.[1][1]
 Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.[2][2]
Akibat hukum merupakan sumber lahirnya hak dan kewajiban bagi subyek-subyek hukum yang bersangkutan. Misalnya, mengadakan perjanjian jual-beli maka telah lahir suatu akibat hukum dari perjanjian jual beli tersebut yakni ada subyek hukum yang mempunyai hak untuk mendapatkan barang  dan  mempunyai kewajiban untuk membayar barang tersebut. Dan begitu sebaliknya subyek hukum yang lain mempunyai hak untuk mendapatkan uang tetapi di samping itu dia mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang. Jelaslah bahwa perbuatan yang dilakukan subyek hukum terhadap obyek hukum menimbulkan akibat hukum.

Akibat hukum itu dapat berujud:
a.       Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.
Contoh: 
   Usia menjadi 21 tahun, akibat hukumnya berubah dari tidak cakap hukum  menjadi  
   cakap hukum, atau dengan adanya pengampuan, lenyaplah kecakapan melakukan t  
   tindakan hukum.
b.  
           Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau lebih subyek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
Contoh:
A mengadakan perjanjian jual beli dengan B, maka lahirlah hubungan hukum antara A dan B. Setelah dibayar lunas, hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.

c.       Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
Contoh:
Seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari perbuatan si pencuri tersebut ialah mengambil barang orang lain tanpa hak dan secara melawan hukum.
d.      Akibat hukum yang timbul karena adanya kejadian-kejadian darurat oleh hukum yang bersangkutan telah diakui atau dianggap sebagai akibat hukum, meskipun dalam keadaan yang wajar tindakan-tindakan tersebut mungkin terlarang menurut hukum.
Misalnya:
 Dalam keadaan kebakaran dimana seseorang sudah terkepung api, orang tersebut merusak dan menjebol tembok, jendela, pintu dan lain-lain untuk jalan keluar menyelamatkan diri.

 III.       Kekuasaan dan Politik


        A.       Pengertian

           
             Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk mempengaruhi 
perilaku   B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan    
sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah 
ketergantungan. Kekuasaan merupakan suatu potensi atau kemampuan sehingga bisa saja 
seseorang mempunyai kekuasaan tapi tidak menjalanakannya. Aspek terpenting dari   
kekuasaan  adalah fungsi ketergantungan (Dependency) artinya semakin besar ketergantungan  
 B terhadap A maka besar pula kekuasaan A. Selain itu seseorang dapat memiliki kekuasaan 
atas diri Anda hanya jika ia mengendalikan sesuatu yang Anda inginkan 

         
         Politik : kekuasaan yang Bermain
Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, berlakulah hukum kekuasaan. Ketika para karyawan dalam suatu organisasi mulai memainkan kekuasaan yang ada pada mereka, kita melihatkan sebagai politik. Orang – orang dengan Keterampikan politik yang baik memiliki kemampuan untuk menggunakan landasan-landasan kekuasaan yang mereka miliki secara afektif. Jadi definisi berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk memengaruhi pengambilan keputusan dalam organisasi atau perilaku-perilaku anggota yang egois dan tidak melayani kebutuhan organisasi. Perilaku politik (political behavior) didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak dianggap sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi.


      B.          Sumber dan Bentuk Kekuasaan


            Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John  
            Brenc dan rtram Raven, yaitu :
            1. Kekuasaan menghargai (reward power)
            Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi
            penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai
            senioritas atau persahabatan)
            2. Kekuasaan memaksa (coercive power)
            Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi
            kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
           3. Kekuasaan sah (legitimate power)
           Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan
           seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh
           sampai pada batas tertentu.
           4. Kekuasaan keahlian (expert power)
           Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh
           mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang
           dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
           5. Kekuasaan rujukan (referent power)
            Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
            pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,
            keberanian, simpatik dan lain-lain). 


     C.           Teknik Kekuasaan dan Berpolitik dalam Organisasi


Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat menggunakan beberapa taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:

Meningkatkan ketidakmampuan mengganti. Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu melakukan tugas  yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki ketidakmampuan mengganti.

Dekat dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.

Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.

Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari luar.

Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.

Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.

Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya. 

Daftar Pustaka :




No comments:

Post a Comment